Jumat, 21 Maret 2014

Mitos Jangan Menyapu Setengah-tengah, Nanti Jodohnya Buruk

Mitos jangan menyapu setengah-tengah ini biasanya dilontarkan pada anak gadis yang tidak bersih menyapu lantai kemudian keluarlah kalimat yang mengatakan bahwa siapa yang menyapu tidak bersih atau setengah-setengah, maka akan mendapat jodoh yang buruk, maka anak gadis akan langsung membersihkan lantai dengan sebersih-bersihnya.Tapi larangan tersebut terlontar terlebih karena tidak ingin anak gadisnya jadi pemalas, apalagi dalam soal membersihkan rumah.


sumber : http://agnesiarezita.blogdetik.com/2013/08/22/10-mitos-larangan-sejak-nenek-moyang-kita-katanya/comment-page-1/

Mitos Prasasti Batutulis

Mitos adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya.

salah satu mitos yang berada di Bogor,Jawa Barat adalah mengenai Prasasti Batutulis.Letaknya yang berada di pinggir jalan dan dikelilingi oleh pagar tembok serta dipasangkan plang dari pemerintah yang bertuliskan “Situs Prasasti Batutulis”.Situs Batutulis ini dibangun pada tahun 1533 oleh Prabu Surawisesa yang merupakan anak dari Sri Baduga Prabu Siliwangi. Konon prasasti itu dibuat oleh Prabu Surawiwesa sebagai penyesalannya karena tidak mampu memepertahankan keutuhan wilayah Pakuan Pajajaran yang diamanatkan kepada dirinya yang kalah perang dengan Kerajaan Cirebon.



Prasasti Batutulis ditulis sendiri oleh Prabu Surawisesa dengan huruf Sunda Kawi. Terdapat sembilan baris tulisan dalam prasasti tersebut. Makna dari tulisan itu ialah penghormatan setinggi–tingginya yang dilakukan oleh seorang anak kepada ayahnya.


Selain prasasti Batutulis, terdapat batu yang berukir telapak kaki atau Padatala yang merupakan bekas dari telapak Prabu Surawisesa. Kemudian terdapat batu berukir jejak tangan atau Astatala yang juga bekas dari telapak Prabu surawisesa.Kedua batu tersebut terletak di depan prasasti Batutulis.





ada sebuah mitos yang masih hidup dari kompleks prasasti Batutulis tersebut. Ibu Maemunah, wanita berumur 70 tahun ini merupakan juru kuncinya. Dia kurang lebih sudah menjadi juru kunci selama 18 tahun. Maemunah merupakan keturunan ke sembilan dari juru kunci sebelumnya. Dia bercerita bahwa keinginan bisa terkabul bila mengikuti prosesinya.

"Langkah awal dari prosesi saat ingin “meminta” ialah menaruh telapak kaki kita ke batu yang berukir telapak kaki Prabu Surawisesa," papar Maemunah saat ditemuki okezone, baru-baru ini. 

Kemudian, berlutut dan tangan ditempelkan kepada prasasti Batutulis sambil mengucapkan apa yang diminta. "Setelah selesai mengucapkan permintaan, kemudian kita berdiri, lalu berjalan melewati belakang prasasti Batutulis ke arah batu Lilingga," jelasnya lagi.

Selanjutnya, sambung  Maemunah, orang yang memohon itu harus memeluk batu Lilingga tersebut, tapi dengan syarat harus membelakanginya. Dalam ritual tersebut, dipercaya saat telapak kaki kita ternyata sama dengan ukiran telapak kaki tersebut, berarti keinginan akan terkabul. Begitu juga saat memeluk batu Lilingga, mitos yang berkembang ialah bila ujung jari saling menempel, maka keinginan akan terkabul juga.

Namun bila sedikit menempel, berarti masih ada harapan untuk terkabul. Konon sebagian orang percaya bahwa tidak semua orang bisa terkabul permintaanya. Ada yang bilang bahwa jika orang yang mempunyai ahlak kurang baik dan suka bermaksiat, maka keinginannya tidak akan terkabul. Sebaliknya, bila seseorang berahlak baik, maka keinginannya akan terpenuhi.










sumber : http://news.okezone.com/read/2010/07/09/338/351279/ritual-permintaan-di-prasasti-batutulis